Saat ini, melalui media sosial, para penggiat kuliner lokal maupun pengusaha berusaha untuk mendobrak sektor ekonomi kreatif, khususnya dari kalangan perempuan. Perempuan adalah kunci bagi inovasi yang bersifat lokal, baik di sektor sukarela maupun perdagangan (Maddock, 1998). Perempuan cenderung mendominasi bisnis kuliner terutama dalam menciptakan inovasi baru. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistika (BPS), per tahun 2018-2021 mencatat penyerapan tenaga kerja tertinggi di sektor ekonomi kreatif yaitu kuliner, sebesar 56.86% dengan mayoritas tenaga kerja adalah perempuan. Pada awal tahun 2021, sejak pandemi Covid-19 muncul, bisnis kuliner lokal banyak diinisasi dari media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter. Beberapa akun di media sosial tersebut mendemonstrasikan resep-resep kuliner lokal seperti akun Instagram @yummy.idn dengan jumlah follower 2.6 juta serta @lilik_indrayani_81 dengan jumlah follower 262 ribu. Adapun, perempuan rata-rata menjadi kontributor dalam setiap konten di media sosial yang berkaitan dengan perdapuran. Popularitas program memasak seperti MasterChef Indonesia dan keberhasilan perempuan dalam menduduki gelar juara dalam perdapuran juga semakin mendorong trend bisnis kuliner lokal.
Revolusi Digital
Transformasi digital menimbulkan disrupsi dalam praktik keintiman (intimacy) masyarakat. Sebagai bentuk hubungan afektif, keintiman telah melalui berbagai perubahan (Giddens, 1992 dalam Valentine, 2006). Meski demikian, praktik keintiman dengan basis kenikmatan bersama (mutual satisfaction) nampaknya menjadi semakin mengemuka (Manasikana dan Noviarni, 2021). Dalam konteks ini, konsep cinta menjadi cair (liquid love), di mana afeksi diekspresikan dalam hubungan antar-individu tanpa harus dilandasi oleh ikatan tertentu (Bauman, 2003 dalam Muniruzzaman 2017). Pergeseran menuju liquid love ini, di satu sisi, difasilitasi oleh transformasi digital. Di lain sisi, mengemukanya liquid love juga mendorong munculnya praktik keintiman berbasis ketidakjujuran. Hal ini tercermin, misalnya, dalam bentuk penipuan dengan modus romansa cinta. Artikel ini berusaha menggambarkan tren transformasi keintiman dalam kaitannya dengan transformasi digital. Secara khusus, artikel ini juga merumuskan strategi untuk menangani praktik keintiman yang berbasis ketidakjujuran.
Tak ada transisi yang mudah, apalagi jika dimaknai untuk mengubah kemapanan yang berabad lamanya. Termasuk mapannya dominasi listrik batubara di Indonesia yang ternyata menghadirkan kesejahteraan semu belaka.
Sebenarnya ada banyak opsi yang memungkinkan bagi kita untuk move on dari batubara. Salah satunya adalah beralih ke panel surya yang teknologinya tidak rumit, praktis dalam instalasinya, dan harga yang kian terjangkau.
Bagaimana peluang panel surya menggeser peran listrik batubara?
Karakteristik Panel Surya yang Intermiten
Sudah tidak diragukan lagi bahwa Artificial Intelligence (AI) merupakan temuan paling penting dalam sejarah peradaban manusia abad ini. Teknologi AI mengalami perkembangan yang sangat signifikan, hingga mencapai titik di mana sistem dan algoritmanya mulai memainkan peranan yang semakin vital dalam proses-proses pengambilan keputusan yang sarat nilai bagi masyarakat (Taeihagh, 2021). Terlepas dari potensi manfaat AI untuk menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan, evolusinya yang sangat radikal dalam beberapa dekade belakangan memunculkan banyak diskusi yang berkaitan dengan dimensi moralitas. Kemampuan teknologi AI untuk meniru dan bahkan melampui kecerdasan natural berpotensi mengaburkan batasan eksistensi umat manusia (Li, 2021), sehingga isu mengenai dimensi moralitas ini semakin penting untuk didiskusikan guna memastikan bahwa pembangunan teknologi AI sebagai sebuah machine learning tidak membahayakan manusia sebagai makhluk moral (Bostrom & Yudkowsky, 2014). Berkaitan aspek moralitas, penulis memahami bahwa AI setidaknya telah menciptakan disrupsi terhadap konsepsi dominan terkait manusia, karena: (1) AI memberikan ancaman nyata terhadap esensi kemanusiaan yang didefinisikan dari monopoli manusia atas kesadaran diri dan aspek relasional; (2) integrasi AI akan mengikis kebebasan dan keagensian manusia; dan (3) AI memiliki keterbatasan akuntabilitas yang bisa menghilangkan batas-batas moralitas.
Humida (2015) meyakini bahwa ketika teknologi tertentu diadopsi secara luas, maka hal itu akan mengubah masyarakat dengan cara yang luar biasa. Pernyataan Humida (2015) menggambarkan bagaimana disrupsi media sosial memicu munculnya fenomena ‘new public sphere’ atau ruang publik baru yang mempengaruhi gaya artikulasi kepentingan publik masa kini. Keberadaan media sosial menawarkan alternatif bagi publik untuk memaksimalkan partisipasinya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Media sosial mengubah cara-cara advokasi lama melalui inovasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin mempermudah publik dalam menyuarakan pendapatnya, mengawasi jalannya pembangunan dan pemerintahan, bahkan mampu mempengaruhi diskresi kebijakan (Smith & Niker, 2021).
Representasi karakter perempuan dalam video game menjadi salah satu topik yang menarik dalam bidang sosiologi, khususnya ketika berbicara di ranah humaniora digital. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Downs dan Smith pada tahun 2010 menganalisis game-game terlaris pada tahun 2003 di Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa hanya 14% dari semua karakter dalam game-game tersebut yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan kesenjangan gender yang signifikan dalam representasi karakter, yang menunjukkan bahwa karakter laki-laki cenderung mendominasi industri game.
Adaptasi terhadap modernisasi berdampak tidak hanya pada gaya hidup namun juga lingkungan hidup. Climate change atau perubahan iklim menjadi contoh kasus degradasi lingkungan hidup yang terus disoroti hampir di seluruh dunia. Gaya hidup manusia yang terus mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan produksi tidak mampu diimbangi oleh proses pelestarian lingkungan hidup. Lebih jauhnya, populasi manusia terus bertambah sedangkan ruang hijau semakin mengecil. Ekosistem menjadi tidak stabil dan menyebabkan banyak bencana tidak hanya bagi peradaban manusia namun juga makhluk lainnya. Seperti peningkatan suhu bumi yang diprediksi telah meningkat 0.8°C per dekade sejak tahun 1880. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, mencatat rata-rata suhu maksimum terdapat di tiga provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, dan Banten. Rata-rata suhu maksimum di tiga provinsi tersebut di atas 35°C. Sebagai akibat dari degradasi lingkungan hidup, peningkatan suhu bumi berdampak pada aktivitas manusia terutama di kawasan perkotaan dan pembangunan berkelanjutan di kawasan rural.
Kini, bermain gim tidak dapat dipandang sebelah mata saja. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah persepsi masyarakat terhadap gim. Munculnya online video games (OVG) yang acap kali dimainkan oleh anak muda di Indonesia telah mendobrak persepsi negatif bahwa bermain gim hanya membuat anak menjadi kecanduan dan agresif (Cnn Indonesia, 20 Maret 2019; Adit, 21 November 2021). Sebaliknya, munculnya OVG membuat anak dapat bersosialisasi, bahkan dianggap sebagai media baru yang dapat mendorong keterlibatan (Krisna, 10 Juni 2020). Tulisan ini akan menjelaskan pengaruh TIK terhadap gim serta peluang gim sebagai media baru untuk meningkatkan keterlibatan di sektor pendidikan atau yang dikenal dengan istilah gamifikasi.
Perhelatan akbar pemilihan umum 2024 sudah dekat. Jika sebelumnya, aktivitas komunikasi politik memerlukan banyak medium untuk menyampaikan pesan politik, kini media digital bukan hanya sebagai suatu capaian perkembangan. Setidaknya, Penulis menemukan tiga transformasi media digital. Pertama, media digital bekerja sebagai arena pertarungan utama para aktor politik dalam upaya menggalang dukungan suara sebanyak-banyaknya. Kedua, media digital juga menjadi arena pertukaran informasi dan komunikasi politik yang dekat dan bersifat inklusif, mudah diakses masyarakat luas. Untuk itu, penulis melihat aktor politik harus cermat dan giat dalam menembak pasar untuk modal politik utama dalam media digital yaitu mengideologisasi dan menyebarkan visi.
Masyarakat global terus mengalami perubahan dan kerap kali menghasilkan fenomena-fenomena sosial baru. Salah satu hal baru yang tampak menonjol adalah kesadaran dari Generasi Z atau Gen Z mengenai kesehatan mental. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 2019. Pertama, penelitian tersebut menemukan bahwa Gen Z di Amerika Serikat, secara signifikan, memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam melaporkan permasalahan pada kondisi mental mereka, dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Kedua, penelitian tersebut juga menemukan bahwa lebih banyak dari Gen Z, dibandingkan generasi-generasi sebelumnya, yang melaporkan bahwa mereka telah atau sedang menerima pertolongan profesional untuk kesehatan mental mereka. Kesadaran Gen Z mengenai kesehatan mental ini dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka, baik dalam kehidupan nyata maupun di media sosial. Dalam kaitannya dengan media sosial, hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan sebab Gen Z lahir dan dibesarkan dengan kehadiran internet.