Universitas Gadjah Mada
  • Article
    • Perubahan Iklim
    • Revolusi Digital
    • Pandemi
    • Brief Article
  • E-Book
  • Siniar
  • Video
  • Agenda
  • Berkontribusi
  • Tentang Megashift
  • Beranda
  • Brigitta Novia Lumakso
  • Brigitta Novia Lumakso
Arsip:

Brigitta Novia Lumakso

Fenomena Swiftiesasi dalam Wacana Peningkatan Kesadaran Isu Sosial-Politik di Indonesia

brief articleRevolusi Digital Monday, 5 February 2024

Transformasi digital telah mengubah cara masyarakat dalam memperoleh informasi dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu sosial politik. Seorang netizen (panggilan bagi warga pengguna internet), Maulani (2017) di Twitter pernah melontarkan tweet “Lagu Taylor Swift manakah yang paling cocok untuk menggambarkan situasi politik saat ini?”. Celotehan tweet tersebut adalah salah satu contoh fenomena Swiftiesasi. Swiftiesasi adalah sebuah aktivisme yang dilakukan oleh penggemar Taylor Swift dalam mengekspresikan diri, menyuarakan pendapat tentang berbagai kegelisahan, dan melibatkan diri dalam percakapan publik tentang isu-isu penting melalui platform yang dimilikinya dengan menggunakan analogi karya musik Taylor Swift. Di luar negeri, beberapa lagu Taylor Swift sering digunakan oleh para penggemar untuk menyuarakan isu-isu penting seperti kesenjangan sosial (Gannaban, 2022), kesehatan mental (Serio, 2022), ketidakadilan gender (Mackay, 2020), perubahan iklim (Mlaba, 2023), hingga dukungan kepada kelompok minoritas (Capek, 2022).

read more

Merespons Tudingan Penyebab Pemanasan Global: Bagaimana Peternak Harus Menyikapi?

brief articlePerubahan Iklim Monday, 11 December 2023

Sektor peternakan turut berkontribusi menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang cukup signifikan dan berdampak terhadap pemanasan global, yang pada gilirannya mendorong laju perubahan iklim lebih cepat (Ishak dkk, 2019). Salah satu material emisi GRK yang dihasilkan oleh ternak sapi yaitu gas metana (CH4). Balai Pusat Statistik (BPS) mencatat emisi gas metana yang dihasilkan oleh sapi potong di Indonesia mencapai 45,5 kg/ekor/tahun (Grehenson, 2021). Selain itu, menurut rekapitulasi BPS (2021), terdapat sejumlah 18,1 juta ekor sapi potong di Indonesia. Jika mengacu pada angka tersebut, bisa dibayangkan berapa banyak total emisi gas metana yang dihasilkan selama setahun dari satu komoditas ternak yaitu sapi potong, belum termasuk komoditas ternak sapi perah, domba, kambing, babi, ayam, dan hewan ternak lainnya. Hasil perhitungan emisi dari ternak sapi potong, tentu memberikan kekhawatiran dalam memandang prospek bisnis atau produktivitas usaha peternakan di masa depan yang diduga akan suram. Karena adanya fakta bahwa usaha peternakan tidak bisa terlepas dari daya dukung lingkungan, yang diperkirakan akan menurun kualitasnya karena dampak perubahan iklim yang kembali lagi, diakibatkan salah satunya oleh kontribusi aktivitas budidaya ternak yang menyisakan emisi berbahaya. Hal ini menimbulkan dilema tersendiri bagi peternak, khususnya dalam perdebatan mengenai bagaimana mencari keseimbangan antara menjalankan aktivitas ekonomi, dari budidaya ternak untuk memenuhi permintaan kebutuhan konsumsi daging sapi, tanpa meninggalkan emisi yang dapat menyebabkan pemanasan global dan berujung pada perubahan iklim.

read more

Universitas Gadjah Mada

© Universitas Gajah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY