Fenomena Swiftiesasi dalam Wacana Peningkatan Kesadaran Isu Sosial-Politik di Indonesia

,

Transformasi digital telah mengubah cara masyarakat dalam memperoleh informasi dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu sosial politik. Seorang netizen (panggilan bagi warga pengguna internet), Maulani (2017) di Twitter pernah melontarkan tweet “Lagu Taylor Swift manakah yang paling cocok untuk menggambarkan situasi politik saat ini?”. Celotehan tweet tersebut adalah salah satu contoh fenomena Swiftiesasi. Swiftiesasi adalah sebuah aktivisme yang dilakukan oleh penggemar Taylor Swift dalam mengekspresikan diri, menyuarakan pendapat tentang berbagai kegelisahan, dan melibatkan diri dalam percakapan publik tentang isu-isu penting melalui platform yang dimilikinya dengan menggunakan analogi karya musik Taylor Swift. Di luar negeri, beberapa lagu Taylor Swift sering digunakan oleh para penggemar untuk menyuarakan isu-isu penting seperti kesenjangan sosial (Gannaban, 2022), kesehatan mental (Serio, 2022), ketidakadilan gender (Mackay, 2020), perubahan iklim (Mlaba, 2023), hingga dukungan kepada kelompok minoritas (Capek, 2022).

Mengapa Taylor Swift memiliki pengaruh yang begitu besar?

Beberapa waktu lalu, Taylor Swift dinobatkan sebagai Person of the Year versi majalah Time (2023) karena pengaruhnya yang cemerlang di bidang musik, budaya, dan sosial. Swift (2024) dengan pengikutnya di Instagram yang mencapai 279 juta, ia dikenal memiliki kecerdasan dan kreativitas yang luar biasa. Sebab ia mampu melihat potensi internet dan memanfaatkannya untuk membangun karir industri musiknya (Pattinson, 2023). Dalam konteks ini, Swift memanfaatkan komunitas daring di seluruh saluran platform yang berkembang di era digital saat ini, untuk membangun basis hubungan yang kuat dengan penggemarnya dan berinteraksi dengan intens (Caroll, 2023; Woodbury, 2023).  Penggemar Swift yang begitu besar di seluruh dunia, tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan Swift dalam menulis lagu yang dapat dinikmati oleh berbagai kelompok usia, gender, ras, dan latar belakang sosial ekonomi (Gordon, 2023; Pattinson, 2023; Time, 2023). Kolaborasi antara pengaruh kekuatan kosa     kata yang diciptakan Swift dan antusiasme penggemar berbasis komunitas daring, berhasil membentuk pemaknaan kondisi sosial politik dan pola interaksi baru. Lirik lagu Swift kerap dianggap dekat dengan situasi terkini yang sedang terjadi di sekitar, tak terkecuali di Indonesia.

Sebagaimana yang ditampilkan oleh platform media independen, ‘What Is Up, Indonesia? (WIUI)’, yang secara konsisten menyajikan berita dan informasi sosial-politik di Indonesia dalam Bahasa Inggris, dengan format yang mudah dimengerti, dan menggunakan kemasan budaya populer. Platform ini telah berhasil menjembatani kesenjangan informasi dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu penting di Indonesia, khususnya bagi target audiens sasarannya, yaitu orang Indonesia yang lebih fasih menggunakan Bahasa Inggris dan kurang terbiasa mengikuti pemberitaan politik di Indonesia. Baru-baru ini, tim dibalik akun Instagram WIUI secara terang-terangan mengaku sebagai Swifties. Hal ini ditunjukkan dalam postingannya di Instagram yang kerap memasang meme dengan lirik lagu Taylor Swift untuk mengilustrasikan dinamika kondisi terkini menjelang Pemilu 2024. Bentuk Swiftiesasi ini dapat dikatakan sebagai strategi mereka untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Sebagai contoh, pertama, dalam menyajikan berita kasus putusan Hakim Mahkamah Konstitusi, yang dinilai berupaya untuk memuluskan langkah salah satu kandidat untuk melaju sebagai calon wakil presiden, tim WIUI mengutip penggalan lirik lagu Taylor Swift yang berbunyi “What if I told you I’m mastermind? And now you’re mine. It was all my design. Cause I’m a mastermind”. Kedua, pada saat memberitakan masa awal pembentukan peta koalisi partai politik pengusung capres-cawapres, yang arahnya sangat tidak terprediksi, tim WIUI melukiskan kondisi tersebut lewat bait lagu Taylor Swift berjudul New Romantics, tepatnya pada bagian “We need love, but all we want is danger. We team up, then switch sides like a record changer. The rumors are terrible and cruel. But honey, most of them are true”. Ketiga, ketika menyuguhkan berita Nadiem Makarim yang sedang dalam proses menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan satuan pendidikan, yang menuai kontoversi karena dianggap mempromosikan seks bebas. Tim WIUI bersikap lewat lirik lagu Taylor Swift yang berlafal “Maybe we got lost in translation? Maybe I asked for too much? But maybe this thing was a masterpiece, till you tore it all up” (What Is Up, Indonesia? 2023a; 2023b; 2022). Di luar negeri, fenomena Swiftiesasi di dunia digital juga kerap digunakan. Analisis Haris (2023) membuktikan bahwa penggunaan nama Swift dalam salah satu postingan Gubernur New Jersey di Instagramnya, telah berhasil meraih publisitas, mampu mendulang perhatian, dan keterlibatan para Swifties lewat jumlah total likes terbanyak di antara semua postingannya.

Praktik yang dilakukan WIUI melalui jurus Swiftiesasinya, adalah bukti bagaimana transformasi digital telah mampu membuat masyarakat lebih mudah dalam menciptakan medianya sendiri, dengan gaya dan ciri khasnya, untuk menemukan audiensnya, untuk mengartikulasikan kepeduliannya pada isu tertentu, untuk memberikan suara pada kelompok-kelompok yang sebelumnya kurang diperhatikan. Dalam konteks WIUI, mereka telah berhasil merangkul kelompok masyarakat yang jarang dilibatkan dalam pembicaraan, yakni masyarakat Indonesia yang telah lama tinggal di luar negeri, atau dibesarkan di luar negeri dengan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama dan kurang memahami gejolak perpolitikan di Indonesia. Fenomena Swiftiesasi adalah bagian dari demokratisasi ide untuk meningkatkan aksesibilitas informasi yang menyenangkan untuk dipelajari. Hal ini memungkinkan orang-orang untuk memahami isu sosial politik agar lebih mudah dicerna. Beberapa netizen di Instagram memberikan apresiasi kepada WIUI dan mengaku lebih tertarik untuk mempelajari isu sosial-politik yang dibungkus dengan lagu Taylor Swift, bahkan ada netizen kritis yang menimpali komentar atas konten yang disajikan WIUI dengan menggunakan lirik lagu Taylor Swift sebagai sebuah bahasa baru (Hanifa, 2022; Shidqi, 2023; Pratama, 2023).

Ke depannya, tren memanfaatkan kekuatan media digital dengan menggunakan narator ulung di era modern dapat ditiru, karena telah terbukti mampu menemukan para pendengarnya, untuk menceritakan kepentingannya. Muatan lirik lagu yang dibawakan Swift merupakan ruang interaktif yang cair, sehingga dapat berubah bentuk bergantung pada kebutuhan interpretasi kita dalam kehidupan berdemokrasi di era digital. Kebutuhan interpretasi ini telah dimanfaatkan dengan baik oleh WIUI, dengan menyediakan platform untuk kelompok yang tidak diberi platform. Selain itu juga membuka jalan bagi kelompok lain secara umum, terutama bagi anak muda di Indonesia berusia 16-30 tahun yang hidupnya sangat terpapar internet, dengan angka ketergantungan mencapai 93,9% (Doni, 2021).

Referensi

Capek, V. (2022, 16 Desember). Why taylor swift’s ‘Midnights’ is a queer album. USC Annenberg Media. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.uscannenbergmedia.com/2022/12/16/why-taylor-swifts-midnights-is-a-queer-album/

Caroll, G. (2023, 21 Juni). How does a taylor swift fan prove their love? Money. The Conversation. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://theconversation.com/how-does-a-taylor-swift-fan-prove-their-love-money-208177

Doni. (2021, 21 April). Politik digital anak muda. Kominfo.go.id. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.kominfo.go.id/content/detail/34036/politik-digital-anak-muda/0/artikel

Gannaban, V. L (2022, 14 Juni). Taylor Swift’s songs about social issues. Village Pipol. Diakses pada 15 Januari 2024 melalui https://villagepipol.com/taylor-swifts-songs-about-social-issues/

Gordon, C. (2023, 7 Juli). The linguistic phenomenon behind taylor swift’s superstardom. Georgetown University News. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.georgetown.edu/news/the-linguistic-phenomenon-behind-taylor-swifts-superstardom/

Hanifa, P [@pashahanifa]. (2022, 21 April). Mate, whoever came up with this meme format for a content is a genius! It’s so enganging and easy to follow, like a narrative [Instagram Comment]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/CcmhCu4vX6_/?img_index=5

Haris, M. (2023, 7 Desember). Taylor Swift: Person of the year and political influencer. The Conversation. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://theconversation.com/taylor-swift-person-of-the-year-and-political-influencer-208631

Shidqi, R. A [@rafid.shidqi]. (2022, 5 Mei]. Loved those little images. Well thoughtout and spot on [Instagram Comment]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/Cr3Df6ePGnB/?img_index=1

Pratama, A. P. P [@adya952002_]. (2023, 9 November). Also when is mastermind/vigilante shit (Jokowi’s ver) (10 minutes ver) going to come out? [Instagram Comment]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/CzbGf-mRHUa/?g=5&img_index=7

Maulani, A. M [@animenur]. (2017, 14 Februari). Lagu Taylor Swift manakah yang paling cocok untuk menggambarkan situasi politik saat ini? [Twitter Post]. Twitter. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://twitter.com/animenur/status/831473003456139264

Mlaba, K. (2023, 13 April). 8 songs that aren’t about climate change but could be. Global Citizen. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.globalcitizen.org/en/content/songs-that-could-be-about-climate-change/

Serio, B. (2022, 31 Januari). How taylor swift’s songs heal your mental health & aspire environmental activism. Peaceful Dumpling. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.peacefuldumpling.com/taylor-swift-mental-health-environmental-activism

Swift. T [@taylorswift]. (2024). 289 juta pengikut [Instagram Followers]. Instagram. Diakses pada 15 Januari 2024 melalui https://www.instagram.com/taylorswift/

Time. (2023, 6 Desember). 2023 person of the year: Taylor Swift. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://time.com/6342806/person-of-the-year-2023-taylor-swift/

Pattinson, K. (2023, 20 November). Mengapa taylor swift begitu populer? Karena dia tidak pernah ketinggalan zaman. The Conversation. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui  https://theconversation.com/mengapa-taylor-swift-begitu-populer-karena-dia-tidak-pernah-ketinggalan-zaman-217801

What Is Up, Indonesia? [@whatisupindonesia]. (2023a, 9 November). WIUI election gossip girl, October 2023 edition [Instagram Post]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/Cr3Df6ePGnB/?img_index=9

What Is Up, Indonesia? [@whatisupindonesia]. (2023b, 5 Mei). WIUI election gossip girl, April 2023 edition [Instagram Post]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/CzbGf-mRHUa/?g=5&img_index=7

What Is Up, Indonesia? [@whatisupindonesia]. (2022, 21 April). Permen PPKS (Taylor’s Version) [Instagram Post]. Instagram. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.instagram.com/p/CcmhCu4vX6_/?img_index=2

Woodbury, R. (2023). What taylor swift can teach us about business. Digital Native. Diakses pada 9 Desember 2023 melalui https://www.digitalnative.tech/p/what-taylor-swift-can-teach-us-about

.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.