Pertanian Lestari: Peran Perempuan Petani Karisma di Era Krisis Iklim dan Pangan

“Revolusi dari meja makan” merupakan salah satu motto dari kelompok Perempuan Petani Karisma. Kalimat ini memiliki makna bahwa setiap keluarga harus dapat mengontrol dan memastikan makanan yang dihidangkan di meja makan keluarga memiliki kualitas yang baik dan dihasilkan dari proses yang berdampingan dengan alam. Kelompok Tani Karisma merupakan perkumpulan petani perempuan yang ada di desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Riak-riak memasifkan perjuangan mereka dalam hal menyebarluaskan nilai-nilai dalam pertanian lestari sudah dimulai sejak tahun 2006. Pergerakan mereka dimulai dari menerapkan pola pertanian lestari oleh setiap anggota kelompok guna pemenuhan pangan rumah tangga masing-masing anggota. Pola pertanian lestari sebenarnya merupakan pola pertanian tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Akan tetapi kemudian pola pertanian ini tergerus akibat dari kebijakan pemerintah pada masa orde baru yaitu revolusi hijau, salah satunya yaitu ragam benih lokal yang digantikan dengan benih industri, seperti benih padi Makmur yang menjadi benih unggulan di wilayah Kalibawang dan saat setelah revolusi hijau benih ini sudah tidak dapat ditemukan lagi (Ullaili, 2024). Walaupun dengan tantangan yang ada, pola pertanian lestari terus dirawat oleh kelompok Perempuan Petani Karisma dan menjadi strategi dalam menghadapi tantangan krisis iklim dan kelangkaan pangan yang menjadi persoalan di berbagai belahan dunia hari ini.

Pola Pertanian lestari yang diterapkan adalah bentuk pergerakan ekofeminisme. Hal ini dikarenakan pola pertanian yang mereka lakukan mengedepankan keseimbangan kehidupan ekosistem yang hidup di alam. Adapun contohnya yaitu menggunakan pupuk organik seperti dari kompos, kotoran hewan dan abu dapur serta buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah difermentasi. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa pertanian dengan menggunakan pupuk pestisida akan berdampak buruk bagi lingkungan hidup.

Krisis Iklim Sebagai Tantangan dalam Pertanian

Salah satu persoalan krusial di berbagai belahan dunia saat ini adalah krisis iklim dan krisis pangan. Hasil penelitian Megatrends Watch Institute (MWI) menjelaskan bahwa ada 10 (sepuluh) megatrend yang akan mengubah lanskap global di masa yang akan datang, dua diantaranya adalah perubahan iklim (Climate Change) dan kelangkaan pangan (Resource Scarcity). Persoalan krisis iklim telah berdampak pada berbagai kehidupan masyarakat, salah satunya berdampak pada bidang pertanian yang mengakibatkan krisis pangan. Krisis iklim juga sangat berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia. Dilansir dari (BMKG, 2023) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati  menjelaskan bahwa pertanian merupakan sektor yang paling berdampak akibat adanya krisis iklim.

Tentunya persoalan krisis iklim juga berdampak pada aktivitas pola pertanian lestari. Dalam pola pertanian lestari, mereka memiliki kalender musim yang disebut sebagai “mongso”. Dari kalender musim ini mereka dapat mengetahui jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam, ketersediaan air dan hama apa saja yang akan muncul pada setiap periodenya (Ullaili, 2024). Sehingga dalam konteks ini dapat menanggulangi tantangan yang ada, diantaranya adalah memprediksi persoalan kekeringan dan kemudian menanami lahan mereka sesuai jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi.

Akan tetapi akibat adanya krisis iklim, musim tanam mereka sesuai dengan “mongso” menjadi kacau karena musim hujan dan panas yang berubah dari biasanya dan sulit untuk diprediksi. Contohnya adalah dalam satu tahun petani Karisma  memiliki tiga kali musim tanam yaitu September-Januari dan Februari-Juni, pada awal bulan September dan Februari biasanya diprediksi sebagai musim hujan sehingga cocok untuk menanam Padi, serta bulan Juli-Agustus diprediksi sebagai musim kemarau yang cocok untuk menanam Palawija. Setelah hadirnya persoalan krisis iklim, kalender musim ini sering tidak dapat digunakan.

Pertanian Lestari Sebagai Bentuk Mitigasi dan Adaptasi Krisis Iklim

Prinsip pola pertanian lestari yang dilakukan oleh Kelompok Perempuan Petani Karisma adalah memastikan adanya kesimbangan lingkungan dan manusia. Maka daripada itu mereka tidak menggunakan pupuk pestisida dan kimia dalam keseharian pertanian yang mereka lakukan. Bagi mereka pupuk pestisida akan mematikan fauna tanah yang akan berdampak pada berkurangnya kesuburan tanah dari masa ke masa. Dalam pola pertanian lestari yang dilakukan mereka berkomitmen untuk menggunakan pupuk organik atau alami yang mereka dapatkan dari alam dan kemudian mereka olah menjadi pupuk.

Selain pupuk alami, bibit dan benih lokal juga menjadi ciri khas Kelompok Perempuan Petani Karisma dalam bertani. Mereka terus merawat bibit dan benih lokal dalam pertanian mereka yang hampir punah karena industri global. Adapun keanekaragaman bibit dan benih lokal diantaranya adalah Padi Bongkar, Merah Molok, Padi Makmur, Ketan Tolo dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga jenis bibit dan benih seperti  umbi-umbian, pisang, jagung dan kacang. Jenis benih ini mereka dapatkan dari hasil turun temurun nenek moyang mereka. Dilansir dari (detiknews, 2022) menjelaskan bahwa pergantian varietas tanaman lokal dengan impor yang dikelola industri besar untuk kepentingan komersial telah meningkatkan ketergantungan petani pada bahan kimia dan benih yang dibeli. Hal ini kemudian berdampak pada hilangnya varietas lokal, sedikitnya ada 9.000 varietas benih padi lokal yang hilang dari total keseluruhan sekitar 12.000 varietas di Indonesia.

Walaupun demikian, pertanian lestari ternyata  mampu untuk menghadapi dan beradaptasi dengan krisis iklim yang hari ini merugikan banyak petani. Salah satu anggota Kelompok Perempuan Petani Karisma ini menjelaskan pupuk alami yang mereka gunakan telah mampu mengurangi dampak panas yang ekstrim terhadap varietas tanaman yang sedang mereka tanam. Selain itu, benih lokal yang mereka tanam juga ternyata memiliki daya tahan yang lebih baik dari pada benih hasil industri. Hal ini dapat dilihat ketika angin kencang  melanda tanaman padi mereka, dari sini dapat membandingkan bahwa tanaman dari bibit lokal tidak mudah tumbang jika dibandingkan dengan dari benih industri. Selain dapat beradaptasi dengan krisis iklim, pertanian lestari yang dilakukan oleh kelompok Perempuan Petani Karisma juga sebagai mitigasi dari krisis iklim.

Mengembalikan Pola Pertanian yang Memiliki Ketersalingan Antar Alam dan Manusia

Cara pandang dari kebijakan Revolusi Hijau yang tidak memiliki ketersalingan antar alam dan manusia serta telah memarjinalkan pola pertanian lestari harus ditinjau kembali. Pemakaian pupuk kimia dan pestisida serta penggunaan bibit atau benih yang dilabelkan dengan varietas unggul sudah tidak relevan dengan persoalan krisis iklim hari ini. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida telah merusak mikroorganisme yang berguna bagi tanah yang pada akhirnya akan merusak kesuburan tanah.

Sejalan dalam artikel yang dituliskan oleh (Jasanoff, S, 1998) menjelaskan tentang persepsi resiko, ia membaginya menjadi dua kategori yaitu risiko aktual (actual risk) yang diukur oleh para ahli dan resiko persepsi (perceived risk) yang dialami orang awam atau masyarakat lokal. Baginya, pembagian ini merupakan usaha yang bersifat politis. Dalam konteks fenomena ini, harus ada cara pandang baru dalam pengelolaan sumber daya alam yang tidak hanya berorientasi kepada pandangan ahli dan mengabaikan pandangan masyarakat lokal. Di Indonesia, pengetahuan lokal dalam pengelolaan sumber daya serta dalam melakukan analisis dampak dari suatu tindakan masih sangat jarang dihargai, hal ini terbukti dengan semakin tergerusnya pola pertanian tradisional seperti yang dilakukan kelompok Perempuan Petani Karisma.

Dalam bidang pertanian, penerapan praktik keberlanjutan yang dilakukan oleh kelompok Perempuan Petani Karisma yaitu dengan pola pertanian lestari yang menekankan ketersalingan antar alam dan manusia haruslah dihargai dan diperhatikan oleh pemerintah. Bahwa alam dalam konteks ini adalah tanah dan fauna yang hidup di sekitarnya bukanlah sebuah komoditas untuk dieksploitasi, namun merupakan sebuah sistem kehidupan yang memiliki haknya sendiri dan manusia mendapat dukungan kehidupan dari alam, ketersalingan ini harus dijaga agar alam dan manusia tumbuh bersama. Hubungan ketersalingan antar alam dan manusia dapat dilihat dari praktik-praktik penggunaan pupuk organik, menjaga bibit lokal, dan menghargai siklus alam yang mereka sebut sebagai kalender musim.

Pertanian Lestari yang dirawat dan terus digaungkan oleh Perempuan Petani Karisma merupakan salah satu bentuk kedaulatan perempuan dalam mengontrol pangan keluarga. Pertanian lestari juga merupakan bentuk kepedulian perempuan dalam menjaga keseimbangan kehidupan antara alam dan manusia, pola pertanian ini merupakan bentuk mitigasi sekaligus adaptasi dalam merespon persoalan krisis iklim yang berdampak pada semua sektor kehidupan salah satunya berdampak pada pasokan pangan. Setiap keluarga kiranya dapat mengontrol dan berdaulat atas pangan keluarganya masing-masing, salah satunya dengan menggunakan langkah-langkah seperti kelompok Perempuan Petani Karisma lakukan guna melangsungkan kehidupan sekarang dan yang akan datang.

Referensi

Fletcher, C, et all. (2024). Earth at risk: An urgent call to end the age of destruction and forge a just and sustainable future. PNAS Nexus, 3, 1–20.

Jasanoff, S. (1998).  The Political Science Of Risk Perception.  Reliability Engineering and System Safety, 59, 91-99.

Muslimah. (2015). Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian, 2, 11-20.

BMKG. (2023). BMKG : Waspada ! Pertanian Jadi Sektor Paling Terdampak Perubahan Iklim. Retrieved From https://www.bmkg.go.id/berita/?p=bmkg-waspada-pertanian-jadi-sektor-paling-terdampak-perubahan-iklim&lang=ID&tag=press-release

Detiksumbagsel. (2024). 129 Ton Padi di Jambi Gagal Panen Akibat Banjir dan Perubahan Iklim. Retrieved From https://www.detik.com/sumbagsel/berita/d-7224949/129-ton-padi-di-jambi-gagal-panen-akibat-banjir-dan-perubahan-iklim

detiknews. (2022). Industri Pertanian dan Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Retrieved From https://news.detik.com/kolom/d-5901653/industri-pertanian-dan-hilangnya-keanekaragaman-hayati

MEGATRENDSWATCH. Megatrends 2050, The World In 2050. Retrieved From http://www.megatrends2050.com/

Ullaili, S. (2024, Juni Selasa). Lestari dalam tradisi: menyelami aksi perempuan Kulon Progo merawat alam dan pangan dengan bertani. Diambil kembali dari The Conversation: https://theconversation.com/lestari-dalam-tradisi-menyelami-aksi-perempuan-kulon-progo-merawat-alam-dan-pangan-dengan-bertani-231844

.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.