Kajian Gender: Menelisik Trend Perempuan di Bisnis Kuliner Online

,

Saat ini, melalui media sosial, para penggiat kuliner lokal maupun pengusaha berusaha untuk mendobrak sektor ekonomi kreatif, khususnya dari kalangan perempuan. Perempuan adalah kunci bagi inovasi yang bersifat lokal, baik di sektor sukarela maupun perdagangan (Maddock, 1998). Perempuan cenderung mendominasi bisnis kuliner terutama dalam menciptakan inovasi baru. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistika (BPS), per tahun 2018-2021 mencatat penyerapan tenaga kerja tertinggi di sektor ekonomi kreatif yaitu kuliner, sebesar 56.86% dengan mayoritas tenaga kerja adalah perempuan. Pada awal tahun 2021, sejak pandemi Covid-19 muncul, bisnis kuliner lokal banyak diinisasi dari media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter. Beberapa akun di media sosial tersebut mendemonstrasikan resep-resep kuliner lokal seperti akun Instagram @yummy.idn dengan jumlah follower 2.6 juta serta @lilik_indrayani_81 dengan jumlah follower 262 ribu. Adapun, perempuan rata-rata menjadi kontributor dalam setiap konten di media sosial yang berkaitan dengan perdapuran. Popularitas program memasak seperti MasterChef Indonesia dan keberhasilan perempuan dalam menduduki gelar juara dalam perdapuran juga semakin mendorong trend bisnis kuliner lokal.

Di Indonesia, kuliner lokal dengan brand terkenal lebih banyak dipengaruhi oleh peran perempuan seperti Gudeg Yu Djum dari Yogyakarta, Pempek Nony 168 dari Palembang, Sambal Bu Rudy dari Surabaya, dan lain sebagainya. Pada era industry 4.0 ini, pemerintah berusaha membangun industri berbasis teknologi yang terintegrasi. Teknologi sangat berkontribusi dalam perkembangan kuliner lokal seperti Ayam Kremes Pramesti yang mulai dikenal publik melalui media sosial. Melalui media sosial, telah banyak perempuan yang memulai bisnis kuliner lokal secara online dan berusaha membangun brand mereka. Selain sebagai pekerjaan dan untuk menopang perekonomian keluarga, keaktifan perempuan dalam bisnis juga untuk mendobrak dominasi patriarki yang masih kuat di Indonesia. Semakin tradisional budaya yang dimiliki, semakin sulit bagi perempuan untuk menyeimbangkan peran kerja dan identitas gender, dan semakin kecil kemungkinan perempuan untuk menjadi diri mereka sendiri, sebagai perempuan dan sebagai manajer (Maddock, 1998). Pada konteks bisnis, perempuan menghadapi tantangan budaya yang cenderung tradisional dalam memandang peran perempuan. Akibatnya, potensi mereka tidak berkembang secara maksimal dan sangat kecil kesempatan mereka untuk dapat maju. Melalui artikel ini, penulis akan lebih jauh menelisik trend perempuan di bisnis kuliner online.

Peran Perempuan dalam Pembangunan Sektor Ekonomi Kreatif

Sebagai studi gender, penulis memahami bahwa pembangunan ekonomi yang progresif menstimulasi perempuan di Indonesia untuk dapat bersinergi dengan dengan berbagai perubahan. Peran gender tidak tetap dan konsisten secara global dan memang menjadi lebih fleksibel dengan perubahan yang dibawa oleh pembangunan ekonomi (Momsen, 2004). Pemahaman tentang peran gender sangat penting untuk dapat menelisik trend perempuan di bisnis kuliner online. Pada dasarnya, peran gender tidak tetap dan lebih cenderung menjadi fleksibel seiring dengan pembangunan ekonomi. Lebih jauhnya, globalisasi telah mendorong pembangunan sektor ekonomi kreatif di Indonesia dan memberikan banyak pilihan kepada perempuan untuk berkarir tidak hanya mengurus keluarga. Sektor ekonomi kreatif seperti kuliner, fashion, dan kriya banyak digeluti oleh perempuan Indonesia saat ini. Pada tahun 2021, berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bekerja sama dengan BPS, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, perempuan lebih mendominasi sektor ekonomi kreatif hampir pada semua rentan usia. Di sektor ekonomi kreatif, persentase perempuan usia 15-24 tahun sebanyak 17,54%, usia 25-40 tahun sebanyak 36,05%, usia 41-59 tahun sebanyak 17,10%, dan usia 60 tahun ke atas sebanyak 9,31%. 

Selain itu, dari data BPS tahun 2021 tentang perbandingan persentase penduduk bekerja di sektor ekonomi kreatif dan semua sektor menurut status pekerjaan utama, baik perempuan dan laki-laki yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai menempati persentase terbesar dari total tenaga kerja di semua sektor. Perempuan di sektor ekonomi kreatif didominasi oleh status berusaha sendiri yaitu sebanyak 33,03% dibandingkan dengan presentasi di semua sektor yaitu sebanyak 21,26%. 

Dominasi patriarki di Indonesia mengikat sebagian perempuan dalam belenggu kebergantungan terhadap laki-laki secara ekonomi. Kompensasi atas nilai tradisi menempatkan para perempuan pada posisi sulit untuk dapat menentukan parameter identitas mereka sendiri. Namun, seiring dengan pembangunan sektor ekonomi kreatif,  banyak perempuan telah memiliki pola pikir yang terbuka dan terlibat langsung dalam bisnis kuliner online. Mereka tidak hanya melibatkan diri sebagai inovator namun juga menjalani posisi manajerial dalam bisnis. Melalui media sosial, para perempuan dapat lebih leluasa untuk mengembangkan potensi secara maksimal dan aspirasi mereka. Dengan tidak melulu menerima dominasi patriarki, para perempuan tersebut berusaha mengubah stereotip gender yang melekat pada diri mereka melalui kreativitas.

Bisnis Kuliner Online: Trend di Kalangan Perempuan?

Media sosial tidak hanya digunakan untuk mengakses dan menyebarluaskan informasi, namun juga menjadi peluang untuk menambah penghasilan. Sebagai trend, bisnis kuliner online semakin berkembang seiring banyaknya pengusaha kuliner lokal yang sukses merintis bisnis dari media sosial.  Fenomena food vlogger di YouTube oleh para penggiat kuliner, mendorong para pengusaha untuk ikut serta mempromosikan bisnis kuliner lokal mereka. Selain YouTube, media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter banyak digunakan tidak hanya untuk media promosi namun juga menggalang popularitas secara personal. Banyak dari pengusaha yang juga menggunakan jasa endorsement dari pihak lain untuk menaikan brand value dari bisnis kuliner lokal mereka. Tuntutan industry 4.0 mendorong peningkatan kecakapan digital perempuan di Indonesia. Kecakapan digital mendorong kreativitas perempuan untuk dapat membaca peluang pasar dan memiliki daya saing dalam bisnis. Lebih jauhnya, Artificial Intelligence (AI) di media sosial juga sangat membantu trend bisnis kuliner online dalam mengenali dan menyesuaikan interest para pengguna media sosial lainnya. Konten jajanan pasar, camilan, frozen food, hingga makanan dan minuman kekinian tersebar di media sosial. Artificial Intelligence (AI) mengakselerasi konten-konten tersebut dan meningkatkan geliat bisnis kuliner online.

Selain itu, hadirnya layanan pesan antar makanan berbasis online seperti Shopee Food, GoFood, dan GrabFood juga semakin mempermudah para pengusaha kuliner. Perempuan dengan kesibukan dan rutinitas tinggi seperti perempuan karir dan ibu rumah tangga dapat memiliki penghasilan tambahan dari bisnis kuliner online. Hanya dengan bermodal smartphone, mereka sudah dapat memulai bisnis kuliner online dan mempelajari strategi digital marketing. Memberdayakan fasilitas dari layanan pesan antar makanan tersebut, mereka juga dapat memperluas jangkauan pasar, tidak hanya mengandalkan konsumen dari satu area. Industry 4.0 yang semakin massif menyentuh geliat bisnis, membuka peluang yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Digitalisasi tidak mengenal gender dan kemampuan perempuan dalam menjalankan bisnis lebih banyak dipertimbangkan. Pandemi Covid-19 membawa dampak positif bagi kalangan perempuan karena membuka ruang terhadap sektor produktif dan strategis seperti bisnis kuliner online. Kalangan perempuan yang sedang merintis usaha, mengawali portfolio mereka dengan bisnis kuliner online karena bisa dilakukan dari rumah dan tanpa harus memiliki tempat usaha secara fisik. Saat ini, semakin banyak perempuan dari berbagai latar belakang usia seperti pelajar hingga mahasiswa yang turut serta meramaikan bisnis kuliner online.

Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor ekonomi kreatif membawa dampak positif pada kehidupan sosial. Dominasi patriarki dapat lebih berkurang dan perempuan dapat memiliki kemandirian. Lebih jauhnya, perempuan dapat memiliki lebih banyak akses terhadap dunia bisnis dan memberdayakan sesama perempuan. Terdapat tiga perombakan patriarki terkait dengan semakin terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk membangun bisnis kuliner online. Pertama, perempuan dapat lebih menyalurkan idea dan potensi mereka. Banyak perempuan yang merasa stuck menjadi ibu rumah tangga maupun dengan pekerjaan tetapnya. Melalui bisnis kuliner online, perempuan dapat menggali idea dan mengembangkan potensi dalam berbisnis. Di masa depan, akan muncul lebih banyak pengusaha perempuan yang dapat mengimbagi strategi bisnis para pengusaha laki-laki. Kedua, perempuan dapat memiliki kemandirian secara finansial dan tidak bergantung pada pendapatan suami. Melalui bisnis kuliner online, besar kemungkinan para perempuan, terutama ibu rumah tangga dapat memiliki pendapatan sendiri. Adapun, pemanfaatan pendapatan mereka dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa adanya bantuan finansial dari laki-laki. Ketiga, perempuan dapat memiliki pilihan untuk bekerja. Tidak melulu berkutat pada pertanggungjawaban terhadap suami untuk mengurus rumah tangga, perempuan justru dapat membagi tugas dengan laki-laki. Pembagian tugas membantu perempuan untuk menegosiasikan keinginan mereka dan tidak selamanya membenarkan paham patriarki dalam rumah tangga. Tentunya, dalam bisnis kuliner online, perempuan yang sudah menikah akan memiliki dua status yaitu sebagai ibu rumah tangga dan pengusaha. Secara tidak langsung, status tersebut akan memperkuat value perempuan. Ketiga hal tersebut merombak patriarki pada kehidupan sosial dan mendukung self-development para perempuan.

Kesimpulan

Borderless society yang dipicu oleh adanya globalisasi menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif, bisnis kuliner lokal banyak diminati oleh masyarakat, khususnya kalangan perempuan yang mencoba merintis usaha. Saat ini, geliat bisnis kuliner lokal justru lebih didominasi oleh perempuan. Tuntutan industry 4.0 mendorong mereka untuk beradaptasi dengan digitalisasi. Hadirnya media sosial dan layanan pesan antar makanan berbasis online semakin mempermudah mereka untuk dapat mengembangkan potensi diri serta membangun brand bisnis kuliner lokal secara online. Melalui kreativitas, perempuan dapat lebih berekspresi dan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan lainnya. Di Indonesia, beberapa brand kuliner lokal yang terkenal tidak lepas dari peran perempuan. Selain sebagai pekerjaan dan untuk menopang perekonomian keluarga, keaktifan perempuan dalam bisnis dapat mendobrak dominasi patriarki yang masih kuat di Indonesia. Pengilhaman terhadap suatu budaya terutama yang mempertimbangkan peran perempuan sangat diperlukan. Karena bagaimanapun juga peran gender mengikat satu sama lain dan pembangunan ekonomi di Indonesia memerlukan keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan. Popularitas bisnis kuliner lokal sebagai salah satu trend di kalangan perempuan Indonesia, membangun optimism penulis bahwa di masa depan akan lebih banyak perempuan yang dapat menentukan parameter identitas mereka sendiri.

References

Brown, J. (7 Desember, 2021). How food influencers affect what we eat. British Broadcasting Corporation (BBC). London: https://www.bbc.com/future/article/20211206-does-seeing-food-on-social-media-make-us-eat-more. Diakses pada 29 Juli 2023.

Darbinyan, R. (16 Maret, 2023). How AI transforms social media. Forbes. New Jersey: https://www.forbes.com/sites/forbestechcouncil/2023/03/16/how-ai-transforms-social-media/?sh=60a0549b1f30. Diakses pada 29 Juli 2023.

Fuchs, S. (2001). Against Essentialism: A Theory of Culture and Society. Harvard University Press.

Maddock, S. (1998). Challenging Women: Gender, Culture and Organization. London: Sage Publication.

Momsen, J. H. (2007). Gender and biodiversity: A new approach to linking environment and development. Geography Compass, 1(2): 149-162.

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. (2021). Statistik Tenaga Kerja Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2018-2021. Retrieved from https://kemenparekraf.go.id/statistik-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif/statistik-tenaga-kerja-pariwisata-dan-ekonomi-kreatif-2018-2021. (Diakses pada 19 Juli 2023).

Ogasawara, Y. (1998). Office Ladies and Salaried Men: Power, Gender, and Work In Japanese Companies. University of California Press.

Wealth Management. (2023). The Growth of Female Entrepreneurs Despite a Pandemic. London: https://www.rbcwealthmanagement.com/en-eu/insights/the-growth-of-female-entrepreneurs-despite-a-pandemic. Diakses pada 28 Juli 2023.

 

.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.