Transformasi digital menimbulkan disrupsi dalam praktik keintiman (intimacy) masyarakat. Sebagai bentuk hubungan afektif, keintiman telah melalui berbagai perubahan (Giddens, 1992 dalam Valentine, 2006). Meski demikian, praktik keintiman dengan basis kenikmatan bersama (mutual satisfaction) nampaknya menjadi semakin mengemuka (Manasikana dan Noviarni, 2021). Dalam konteks ini, konsep cinta menjadi cair (liquid love), di mana afeksi diekspresikan dalam hubungan antar-individu tanpa harus dilandasi oleh ikatan tertentu (Bauman, 2003 dalam Muniruzzaman 2017). Pergeseran menuju liquid love ini, di satu sisi, difasilitasi oleh transformasi digital. Di lain sisi, mengemukanya liquid love juga mendorong munculnya praktik keintiman berbasis ketidakjujuran. Hal ini tercermin, misalnya, dalam bentuk penipuan dengan modus romansa cinta. Artikel ini berusaha menggambarkan tren transformasi keintiman dalam kaitannya dengan transformasi digital. Secara khusus, artikel ini juga merumuskan strategi untuk menangani praktik keintiman yang berbasis ketidakjujuran.
Arsip:
Rahma Liasa Zaini
Dalam beberapa tahun terakhir ini, bencana hidrometerologi berupa banjir dan longsor yang disebabkan oleh perubahan iklim kian nyata dan sudah tidak terelakkan lagi di berbagai belahan bumi, termasuk di Indonesia. Catatan The International Disaster Database EM-DAT secara global menyatakan bahwa dalam rentan waktu 1900-2023, jumlah kejadian bencana naik drastis, khususnya mulai tahun 1980-an dengan rata-rata kenaikan mencapai 22 persen di seluruh dunia. Sementara itu, di Indonesia, dari tahun 1953 sampai 2022, kejadian bencana banjir dan longor rata-rata naik 23,2 persen. Walhasil, Indonesia menjadi negara nomor tiga di dunia, di bawah China dan India yang sering terkena bencana banjir dan longsor (Budianto, dkk, 2023).