Green Digital: Revolusi Digital Cloud Computing Ramah Lingkungan untuk Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs)
Infrastruktur teknologi informasi merupakan elemen integral dalam operasional yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan berbagai layanan pendukung (Fitriawati, 2017). Keseluruhan infrastruktur tersebut berfungsi sebagai fondasi yang efisien dan efektif dalam mengelola informasi, berkomunikasi, dan menjalankan operasionalnya secara optimal. Cloud computing adalah salah satu bentuk infrastruktur digital yang mendasari banyak layanan dan aplikasi dalam lingkup teknologi informasi dan melibatkan penyediaan sumber daya komputasi, seperti server, penyimpanan data, jaringan, basis data, perangkat lunak, dan analisis data. Cloud computing merupakan key factor pada network preparedness yaitu kesiapan atau perencanaan jaringan untuk berbagai situasi atau tantangan (Prabowo, Muslim, & Iryanto, 2015). Cloud computing berperan sebagai saluran utama yang ekonomis dan merupakan teknologi tepat guna berkelanjutan yang merujuk pada penggunaan sumber daya komputasi atau disebut sebagai green computing (Prabowo, Muslim, & Iryanto, 2015; Nurlaelasari & Novia, 2023).
Dengan demikian, cloud computing telah menjadi tulang punggung revolusi digital. Dengan menyediakan akses ke sumber daya komputasi melalui internet, cloud computing menghadirkan efisiensi, skalabilitas, dan fleksibilitas yang signifkan karena dapat diakses di mana saja (Dhika, Akhirina, Mustari, & Destiawati, 2019). Namun, pusat data yang mendukung layanan cloud seringkali memiliki jejak karbon yang signifikan, dalam laporan Greenpeace berjudul “Clicking Clean: Who Is Winning The Race To Build A Green Internet?“, disebutkan bahwa sektor IT menggunakan sekitar 1,817 miliar kWh listrik. Angka tersebut jauh melebihi konsumsi listrik negara-negara seperti Jepang (921 miliar kWh), India (864 miliar kWh), Jerman (540 miliar kWh), dan Korea Selatan (482 miliar kWh) (Zaenudin, 2019). Salah satu penyumbang emisi terbesar dalam konteks ini adalah pusat data atau data center (Zaenudin, 2019). Pusat data adalah fasilitas khusus yang digunakan untuk menyimpan data dari ratusan hingga ribuan server. Ketika mengunggah berkas secara daring, contohnya ke Google Drive, sebenarnya informasi tersebut disimpan di pusat data penyedia layanan tersebut (Niagahoster, 2023). Meskipun manfaatnya yang mencolok, perlu diakui bahwa pusat data yang mendukung layanan cloud seringkali memiliki dampak lingkungan, dampaknya adalah adanya jejak karbon dari kebutuhan daya, pendinginan, dan pemeliharaan infrastruktur data center yang kemudian menjadi perhatian serius.
Oleh karena itu, sembari terus mengembangkan dan mengoptimalkan teknologi cloud computing, penting untuk mempertimbangkan penerapan praktik ramah lingkungan dan strategi berkelanjutan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs), dalam hal ini beberapa poin-poin tujuan SDGs menjadi relevan yaitu poin (12) konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan (13) penanganan perubahan iklim. Harapannya, manfaat efisiensi dari adanya teknologi cloud computing tidak diimbangi oleh dampak negatif pada lingkungan serta bahaya laten seperti limbah elektronik yang dapat menyebabkan emisi karbon dan sebagainya. Mendorong penggunaan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengelola limbah elektronik menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab lingkungan.
Green Digital: Membangun Keberlanjutan Inovasi Teknologi Peduli Lingkungan
Masyarakat sosial hampir selalu menggunakan internet untuk berinteraksi baik secara formal maupun pribadi (Kristiyono, 2015). Hal ini juga ditunjukkan pada data menurut We Are Social dan Hootsuite, pada bulan Januari 2023, jumlah pengguna internet dunia telah mencapai 5,16 miliar individu (Databoks, 2023). Angka ini setara dengan 64,4% dari keseluruhan populasi dunia, yang berjumlah 8,01 miliar orang (Databoks, 2023). Semakin banyak pengguna internet akan memengaruhi bagaimana cloud computing bekerja. Dalam lingkungan perusahaan misal, Amazon Web Services (AWS) mengungkapkan bahwa adopsi teknologi cloud computing, dapat membantu perusahaan mengurangi emisi karbon mereka secara signifikan, dengan potensi pengurangan rata-rata hingga 78 persen (Waranggani, 2021). Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua perusahaan telah bermigrasi dari data center on-premise (bertanggung jawab untuk memelihara seluruh proses dan isu) ke data center berbasis cloud (memiliki akses sumber daya dan dapat menggunakan sebanyak-banyaknya) (Indonesiancloud.com, t.t.). Ini mengindikasikan bahwa meskipun konsep penggunaan pusat data berbasis cloud sudah ada dan menawarkan fleksibilitas serta akses sumber daya yang lebih besar, tidak semua perusahaan telah melakukan migrasi dari pusat data on-premise ke pusat data berbasis cloud, hal tersebut disebabkan oleh budaya, persepsi, manfaat, dan risiko serta proses transisi yang berkelanjutan.
Di lain sisi, walau cloud computing akan mengurangi emisi karbon secara berkala, tetapi perlu diingat bahwa keamanan data menjadi hal yang ikut krusial dan mengkhawatirkan. Pertimbangan ini dapat memengaruhi perusahaan untuk tetap bertahan pada penggunaan data center on-premise. Pasalnya, cloud computing yang bergantung pada layanan jaringan juga dianggap sangat rentan terhadap berbagai serangan dan ancaman yang mungkin terjadi (Juliansyah & Afriyanto, 2023). Salah satunya adalah abusive use of cloud services yaitu perilaku yang tidak etis dan melanggar hukum dari pihak pengguna dalam memanfaatkan layanan. Kejadian tersebut bisa disebabkan karena infrastruktur cloud computing dengan biaya rendah yang telah membantu mendorong anonimitas bagi para pengirim spam, pelaku kejahatan, dan lainnya dalam mencapai tujuan mereka dalam merusak sistem (Juliansyah & Afriyanto, 2023). Maka, diperlukan inovasi berkelanjutan dari penggunaan cloud computing dengan tetap memperhatikan keamanan data digital untuk melawan krisis lingkungan yang juga berpengaruh pada krisis iklim.
Perkembangan teknologi yang kemudian menghasilkan inovasi cloud computing, memerlukan inovasi green digital yang didorong oleh penggunaan teknologi yang ramah lingkungan karena melihat dampaknya pada krisis iklim. Untuk itu, melawan krisis iklim menjadi kunci dalam bidang digital. Data Bank Dunia menyajikan rata-rata emisi karbon dioksida (CO2) per individu di Indonesia, yang diambil dari data Climate Watch dan disajikan dalam laporan Historical GHG Emission. Tingkat emisi per kapita di Indonesia memiliki variasi yang signifikan (Santika, 2023). Pada tahun 2019, jumlah emisi tertinggi mencapai 2,2 metrik ton per orang. Namun, pada tahun 2020, terjadi penurunan menjadi 2,1 metrik ton per kapita menurut data terkini (Santika, 2023). Di satu sisi, pengembangan teknologi baru berbasis web global membuat kehidupan sehari-hari kita lebih mudah, tetapi juga menyumbang emisi besar karbon dioksida tersebut dan pencemaran berbahaya lainnya (Product.pcc.eu, t.t.). Dengan pertumbuhan ini, pengelolaan infrastruktur internet yang besar menjadi semakin penting. Infrastruktur ini melibatkan jutaan kilometer kabel, ruang server yang meluas di mana tergantung jumlah hektar yang diperlukan, dan berbagai perangkat jaringan. Selain itu, setiap perangkat ini menggunakan daya untuk beroperasi, menghasilkan emisi seperti karbon dioksida, metana, dan gas berbahaya lainnya, memberikan kontribusi pada dampak lingkungan yang perlu dipertimbangkan secara serius.
Adanya serat optik memberikan solusi adanya udara bersih yang kemudian akan berdampak pada komunikasi yang lebih efisien pada lingkungan sekitar. Jaringan serat optik dapat menghemat hingga 90% energi yang dibutuhkan untuk memberi daya dan mendinginkan peralatan yang digunakan untuk transmisi data (Linkedin.com, 2023). Serat optik berperan dalam mentransfer informasi dengan kecepatan dan stabilitas, dibuat dari serat optik dan plastik yang memungkinkan pengiriman data ultra-fast sesuai dengan standar khusus untuk teknologi serat optik (Product.pcc.eu, t.t.). Kemudian, penggunaan silikon tetraklorida dalam serat optik menjadikannya lebih ramah lingkungan karena, silikon tetraklorida memiliki bentuk cairan yang tidak berwarna dengan bau yang tajam (Product.pcc.eu, t.t). Dengan kemampuannya yang luar biasa dalam menyampaikan informasi dengan kecepatan tinggi dan tanpa kehilangan sinyal, memungkinkan kita untuk berkomunikasi secara lebih efisien dengan lingkungan sekitar. Namun, manfaatnya tidak hanya terbatas pada aspek komunikasi; tetapi juga membawa dampak positif terhadap lingkungan dengan membuat penggunaan web lebih ramah lingkungan
Selain itu energi terbarukan seperti penggunaan tenaga surya dan tenaga angin dapat digunakan untuk kebutuhan cloud computing yang membutuhkan konsumsi daya listrik yang besar. Kemudian, merancang strategi pengelolaan limbah elektronik yang bertanggung jawab dan daur ulang perangkat keras yang sudah tidak terpakai dapat membantu mengurangi dampak limbah elektronik dan manajemen energi untuk mengoptimalkan konsumsi energi pada data center. Strategi lainnya adalah menerapkan edge computing yaitu pemrosesan data yang dilakukan mendekati sumber data itu sendiri, bukan di pusat data jarak jauh. Ide dasarnya adalah untuk mengurangi latensi dan mempercepat waktu respons, berfungsi untuk menjaga keamanan data pada lalu lintas siber. Sehingga, keseluruhan inovasi tersebut mewujudkan green digital sebagai konsep yang berfokus pada pengurangan dampak lingkungan dari hadirnya teknologi informasi dengan tetap memperhatikan keamanan data digital. Inisiatif ini melibatkan penggunaan sumber daya energi terbarukan, efisiensi energi, dan pemikiran kreatif dalam merancang infrastruktur digital. Salah satu aspek utamanya adalah penggunaan sumber daya energi terbarukan untuk mengurangi jejak karbon dari operasional pusat data. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa istilah “green digital ” sebagian besar digunakan untuk merujuk pada teknologi tepat guna dan kreativitas sumber daya manusia. Dengan berfokus pada energi terbarukan, memunculkan representasi konsep green digital, tidak hanya mencerminkan kecanggihan teknologi, tetapi juga menegaskan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebagai alternatif yang lebih bersahabat dengan bumi yang memperlihatkan bahwa kemajuan teknologi tidak harus bertentangan dengan pelestarian lingkungan, melainkan dapat menjadi alat untuk mencapai keseimbangan antara inovasi digital dan keberlanjutan lingkungan.
Referensi
Databoks (2023). Jumlah pengguna internet global tembus 5,16 Miliar orang pada Januari 2023. Databoks.katadata.co.id. Diakses pada 29 November 2023, melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/03/jumlah-pengguna-internet-global-tembus-516-miliar-orang-pada-januari-2023
Dhika, H., Akhirina, T., Mustari, D., & Destiawati, F. (2019). Pemanfaatan teknologi Cloud Computing sebagai media penyimpanan data. Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat, 2(03), 221-226.
Fitriawati, M. (2017). Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dari evolusi infrastruktur. Jurnal Teknologi dan Informasi, 7(1), 79-87.
Indonesiancloud.com (t.t.). On Premise vs Cloud Computing untuk Infrastruktur IT: Perbedaan, manfaat, dan resiko. Indonesiancloud.com. Diakses pada 29 November 2023, melalui https://indonesiancloud.com/on-premise-vs-cloud-computing-untuk-infrastruktur-it-perbedaan-manfaat-dan-resiko/
Juliansyah, L., & Afrianto, I. (2023). Tinjauan literatur: Ancaman keamanan pada teknologi Cloud Computing dan penanggulangannya. ResearchGate.
Kristiyono, J. (2015). Budaya internet: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung penggunaan media di masyarakat. Jurnal SCRIPTURA, 5(1), 23-30.
Linkedin.com (2023). Bagaimana jaringan serat optik dapat mengurangi jejak karbon suatu organisasi? Linkedin.com. Diakes pada 13 Januari 2024, melalui https://www.linkedin.com/advice/0/how-can-fiber-optic-networks-reduce-daodc
Niagahoster (2023). Apa itu Data Center (Pusat Data)? Ini fungsi dan tips memilihnya. Niagahoster.co.id. Diakses pada 12 Januari 2024, melalui https://www.niagahoster.co.id/blog/mengenal-apa-itu-data-center/#:~:text=Data%20center%20bekerja%20dengan%20menghubungkan%20server-server%20yang%20tersedia,mentransfer%20data%20untuk%20kebutuhan%20pelanggan%2C%20bisnis%2C%20dan%20perusahaan.
Nurlaelasari, E., & Novia, H. Y. (2023). Edukasi Green Computing di Lingkungan Madrasah Aliyah Nihayatul Amal. Madaniya, 4(3), 1180-1184.
Product.pcc.eu (t.t). Internet Hijau – Bagaimanakah gentian optik membantu melindungi alam sekitar? Product.pcc.eu. Diakses pada 29 November 2023, melalui https://www.products.pcc.eu/ms/blog/internet-hijau-bagaimanakah-gentian-optik-membantu-melindungi-alam-sekitar/
Santika, E., F. (2023) Ini perjlanan emisi CO2 penduduk Indoneia selama 20 tahun terakhir. Databoks.katadata.co.id. Diakses pada 13 Januari 2024, melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/28/ini-perjalanan-emisi-co2-penduduk-indonesia-selama-20-tahun-terakhir
Siregar, A., M. (2022). Implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Kota Pekanbaru. Doctoral Dissertation,Universitas Islam negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
United Nations (t.t.). Sustainable Development Goals. Sdgs.un.org. Diakses pada 13 Januari 2024, melalui https://sdgs.un.org/goals
Waranggani, A., S. (2021). AWS : Cloud Computing bisa kurangi emisi karbon perusahaan hingga 78 persen. CloudComputing.id. Diakses pada 29 November 2023, melalui https://www.cloudcomputing.id/berita/aws-cloud-bisa-kurangi-emisi-karbon
Zaenudin, A (2019). Dunia IT menyumbang emisi karbon yang sangat besar. Tirto.id. Diakses pada 12 Januari 2024, melalui https://tirto.id/dunia-it-menyumbang-emisi-karbon-yang-sangat-besar-elcZ
.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!