Konser Coldplay dalam Perspektif Ekonomi Sirkular: Sebuah Pembelajaran untuk Gelaran Konser Musik Ramah Lingkungan

,

Dampak perubahan iklim kian mengemuka dan semakin memengaruhi sendi-sendi kehidupan. Hal tersebut mendesak umat manusia untuk berbenah agar mulai memikirkan cara-cara yang efisien agar aktivitas manusia dalam mengejar pertumbuhan ekonomi sebisa mungkin dapat berjalan seimbang dengan prinsip keberlangsungan lingkungan hidup. Salah satunya, yakni melalui penerapan konsep ekonomi sirkular. Kirchherr dkk (2017) mendefinisikan ekonomi sirkular sebagai sistem ekonomi dengan prinsip memperpanjang siklus hidup suatu produk dengan konsep utama yaitu mengurangi, memakai ulang, dan memperbaiki materi dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi yang dapat dilaksanakan pada berbagai level.

Misalnya pada level mikro, ekonomi sirkular dapat melibatkan perusahaan dan konsumen, level meso mencakup kawasan ecoindustrial, dan level makro meliputi kota, daerah, dan negara. Pada dasarnya, konsep ekonomi sirkular bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, menjaga kelestarian lingkungan hidup, kesejahteraan ekonomi, dan keadilan sosial. Penerapan konsep ekonomi sirkular mengupayakan transformasi bisnis model baru yang berwawasan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan dengan mengandalkan perilaku umat manusia yang bertanggung jawab. Upaya tersebut selaras dengan 2 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disepakati oleh para pemimpin dunia (termasuk Indonesia) dalam agenda pembangunan berkelanjutan 2030. Lebih spesifiknya, yaitu pada tujuan nomor 12 perihal pola produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dan tujuan nomor 13 mengenai aksi untuk memerangi dan menanggulangi dampak perubahan iklim.

Selama ini, praktik ekonomi sirkular kerap kali dianggap hanya berkaitan erat dengan aksi pengelolaan sampah. Padahal praktik ekonomi sirkular dapat diterapkan dalam setiap lini kehidupan yang sangat tidak bisa terlepas dari bahasan mengenai bagaimana kita berperilaku dalam mengonsumsi suatu barang. Sebagaimana pernyataan Direktur Lingkungan Hidup dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dalam liputan Low Carbon Development Indonesia (2022) menerangkan bahwa “Konsep ekonomi sirkular bukan hanya sekadar pengelolaan limbah, melainkan juga mencakup serangkaian intervensi yang holistik dari hulu hingga hilir dengan meningkatkan efisiensi dari penggunaan sumber daya di setiap rantai nilai kegiatan ekonomi”.

Adapun salah satu praktik ekonomi sirkular yang barangkali telah luput dari perhatian, padahal sangat memungkinkan untuk dipraktikkan yaitu penerapannya pada bidang usaha industri kreatif. Khususnya pada perhelatan seni pertunjukan konser musik yang diadakan oleh para musisi dan para promotor acara konser. Jika ditelisik lebih lanjut, penyelenggaraan live konser musik yang penuh kemeriahan memiliki hubungan erat dengan dampak lingkungan, di mana konser menjadi kegiatan yang berpotensi menyumbang limbah dalam jumlah besar, terlebih karena mampu menarik sekumpulan orang untuk berkunjung secara kolektif. Menurut Valtteri dkk (2018) dalam sebuah konser musik, rata-rata per pengunjung per hari mampu menghasilkan hingga 1,5 kg limbah. Jika angka ini dijadikan patokan, sudah tidak terbayangkan berapa banyak limbah yang dihasilkan dari sebuah gelaran konser musik yang dilangsungkan di berbagai tempat dan dihadiri oleh ratusan ribu pengunjung. Sebut saja Coachella, sebuah festival musik terbesar dan paling populer di dunia yang diselenggarakan rutin setiap tahun sepanjang akhir pekan selama dua minggu, tercatat telah berkontribusi menghasilkan 136 ton limbah padat per hari, angka ini belum termasuk limbah cair dan limbah berbahaya (Larasati, 2019).

Guna menyiasati dan mengendalikan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penyelenggaraan konser musik yang abai terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan, maka Green Touring atau tur konser ramah lingkungan adalah jawaban. Salah satu grup band asal Inggris, yakni Coldplay dalam rangkaian turnya yang bertajuk Music of The Spheres World Tour telah berhasil menjalankan konsep Green Touring. Coldplay dalam situs resminya mengklaim bahwa konser tersebut mampu mengurangi 50% emisi karbon dibandingkan konser pada tahun sebelumnya (2016-2017). Lebih lanjut, Coldplay mengajak para penonton yang hendak menghadiri konsernya untuk menerapkan praktik yang sejalan dengan konsep ekonomi sirkular yang sarat akan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan. Hal tersebut secara konkrit telah dibuktikan melalui pemberlakuan peraturan, empat di antaranya yaitu (Ridho, 2023):

Menyediakan Water Refill Stations

Coldplay dalam gelaran konsernya telah menyediakan sudut-sudut pengisian air minum secara gratis dan mengimbau kepada para penonton untuk membawa wadah tumblr mereka masing-masing. Selain itu, Coldplay juga meminta kepada venue agar menyediakan wadah kemasan yang dapat digunakan berulang kali untuk setiap makanan ataupun minuman yang akan dijual oleh venue. Imbauan ini berupaya untuk meminimalkan produksi limbah dengan cara mengurangi konsumsi penggunaan barang sekali pakai sekaligus memperpanjang masa penggunaannya. Penyediaan water refill station juga dapat berkontribusi meningkatkan efisiensi konsumsi air karena mampu menyelamatkan air yang lebih rentan terbuang jika berada di dalam kemasan wadah sekali pakai.

Mengolah sisa makanan

Coldplay bekerja sama dengan food bank untuk mengumpulkan dan mendonasikan makanan berlebih yang masih layak konsumsi yang ada di sekitaran venue. Selain itu, bagi sisa makanan yang sudah tidak layak konsumsi akan dibuat menjadi pupuk kompos. Hal ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular yang berupaya untuk memaksimalkan kualitas makanan dengan cara mengolahnya untuk membuat hidangan baru dan mendaur ulang bahan organik dari sisa makanan yang masih bisa dimanfaatkan untuk menghemat biaya pemupukan tanah sekaligus untuk meminimalkan produksi limbah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Memanfaatkan potensi energi terbarukan dari energi gerak penonton

Coldplay memasang teknologi lantai kinetik di seluruh area konser yang mampu menyerap energi gerak yang dikeluarkan oleh penonton ketika sedang berjalan menginjakkan kaki mereka di atas tanah, berdansa, dan berlompat ketika sedang ikut bernyanyi. Kontribusi energi gerak yang dikeluarkan oleh penonton tidak terbuang sia-sia melainkan diubah menjadi pembangkit listrik yang menghidupi kemeriahan pertunjukan live konser tersebut. Inovasi yang dilakukan oleh Coldplay dengan mengubah energi kinetik menjadi energi listrik sangat brilian. Usaha tersebut sangat konsisten dengan konsep ekonomi sirkular yang mengedepankan efisiensi penggunaan energi dengan cara memanfaatkan implikasi dari hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi bersifat kekal, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Peminjaman material pertunjukan

Setelah konser usai, gelang Light-emitting Diode (LED) bercahaya yang dipinjamkan kepada penonton selama berlangsungnya pertunjukan konser, diminta agar dikembalikan untuk menjalani proses sterilisasi dan pengisian aliran listrik untuk digunakan kembali pada konser berikutnya. Gelang tersebut juga terbuat dari 100% materi organik yang dapat didaur ulang. Pemberlakuan peminjaman gelang ini merupakan bentuk praktik dari salah satu prinsip dasar ekonomi sirkular yang mengutamakan ingin mengurangi limbah dan emisi serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang sudah ada dengan cara diperbaiki dan dipulihkan untuk dapat digunakan kembali berulang kali.

Coldplay melalui akun twitternya mengungkapkan bahwa “Kami sangat sadar planet ini mengalami krisis iklim, ini salah satu upaya kami, meski belum sempurna namun kami berkomitmen” (Ridho, 2023). Meskipun begitu, upaya tersebut      sangat patut untuk diapresiasi. Berkaca pada komitmen yang telah dilakukan oleh Coldplay, musisi atau para promotor konser musik di Indonesia diharapkan dapat meniru dan mulai memperhatikan aspek kepedulian lingkungan pada setiap konser yang digelarnya dengan membuat langkah kecil yang berarti. Begitu pula setiap individu harus bijak dan memperhitungkan dampak lingkungan dalam setiap keputusan yang dibuatnya. Dengan begitu maka kerusakan lingkungan dapat diperlambat melalui kerjasama dan komitmen yang terjalin lewat keterkaitan emosi antara para penggemar dengan idola mereka untuk bersama-sama menaati aturan main yang dibuat oleh musisi atau promotor musik ketika hendak hadir menonton live konser musik.

Dalam jangka panjang, praktik ekonomi sirkular diharapkan dapat menjadi gaya hidup dan gerakan sosial yang dapat dicontoh oleh banyak pihak. Inisiatif ini dapat dikategorikan sebagai gerakan sosial baru yang berfokus pada menciptakan gagasan baru mengenai potret masyarakat masa kini yang memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, mendambakan alternatif kebudayaan baru yang ramah lingkungan, dan memiliki kebutuhan untuk mengekspresikan pesan melalui aksi kolektif yang ideal sesuai perkembangan zaman (Singh, 2010). Akan lebih ideal lagi jika inisiatif aksi kolektif tersebut dapat dilakukan melalui intervensi kebijakan publik yang bermuatan ramah lingkungan.

Referensi

Coldplay. (n/d). Music of the spheres world tour. Diakses pada 19 November 2023 melalui https://sustainability.coldplay.com/.

Kirchherr, J., Reike, D., & Hekkert, M. (2017). Conceptualizing the circular economy: An analysis of 114 definitions. Resources, Conservation & Recycling. (127). 221–232

Larasati, A. K. (2019). Environmental impacts management of the Coachella valley music and arts festival. Tourism Studies, 2(2). 56-72

Low Carbon Development Indonesia. (2022, 25 Agustus). Ekonomi sirkular jadi bagian dari transformasi ekonomi. LCDI-Indonesia. Diakses pada 19 November 2023 melalui https://lcdi-indonesia.id/tag/ekonomi-sirkular/

Ridho, P. G. (2023). Bagaimana Coldplay membuat konser ramah lingkungan. Forest Digest. Diakses pada 19 November 2023 melalui https://www.forestdigest.com/detail/2242/konser-coldplay-di-jakarta

Singh, R. (2010). Gerakan sosial baru. Yogyakarta: Resist Book.

Think Conscious. (n/d). Cara Coldplay membuat tur dunianya ramah lingkungan. Think Conscious.id.  Diakses pada 19 November 2023 melalui https://thinkconscious.id/cara-coldplay-membuat-tur-dunianya-ramah-lingkungan/.

Valtteri, L., dkk. (2018). Waste management and recycling at music festivals: A study on consumer behaviour. Waste Management, 78, 483-493

.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.